Hm,, kali ini saya akan membahas
sesuatu yang berbeda sekarang. Karena akhir-akhir ini saya mulai kurang nyaman
mendengarnya bahkan merasa prihatin karena telah marak digunakan.
Mungkin beberapa waktu yang lalu
masih ingat trend bahasa pada masyarakat kita, khususnya anak muda, ramai secara serentak menggunakan kata dengan
metode yang cukup aneh. Atau dari kita banyak yang mengistilahkan Alay. Yang menurut saya akan menyulitkan bagi pembacanya
#oh tidak hanya pembacanya bahkan pembuatnya sendiri untuk merangkainya. Metode
yang sepertinya penggunanya tidak bisa membedakan mana antara papan tombol
jenis huruf atau angka dan simbol
Hahahaha, saya kasih contoh
langsung aja ya..#bisa memberi contoh bukan berarti ahli tetapi penulis perlu
juga belajar dengan proses yang lama :P
Ch4y4nk, Qm mW 4pH, L3h n4l
g4k?!#@!! 4LaY3rS 5Ej4T1..
Zzzzzz…
Pusing sendiri saya memikirkan
bahasa itu..
Trend itu muncul begitu saja,
entah siapa yang membuat atau mempopulerkannya pertama kali #kita tidak tahu..
setiap kata seusil apa pun pembuatnya - mungkin karena banyaknya penganggur di Negara
kita sendiri- mempunyai hak untuk hidup. Namun perjuangan setiap kata untuk
bisa bertahan lama bukan perkara yang mudah, khususnya di Negara Indonesia kita
ini. Jangankan bahasa yang baru dibuat, kekayaan bahasa daerah kita yang sudah
ada sejak dulu juga dilansir akan banyak yang punah, yaitu 746 bahasa kita di
penghujung abad 21 akan mereduksi menjadi 75 bahasa..Anda bisa bayangkan sendiri
kan???
Terlepas dari hilangnya bahasa,
kita kembali lagi ke topik masa 4l4y lagi..trend ini cukup banyak di pakai oleh
kawula muda beberapa waktu lalu. Mengingat masa itu saya berfikir kembali, saya
seperti dibawa ke jaman sebelum Romawi, kalian pasti pernah melihatnya kan? Dimana
sebuah kalimat seperti mencampurkan jenis kata, gambar sekaligus simbol. Cukup membuat
pengguna sangat kreatif dalam merangkainya dengan mix huruf dan angka disertai
dengan reduksi bahasa, misalnya “salam kenal nggak?” menjadi “L3h n4l gK?!#@?”
kapan bahasa itu direduksi? Itu sesuai dengan insting dari masing-masing
pengguna..
Bahasa yang hidup di masyarakat
seiring lahir kata baru kemudian mati, lalu muncul kembali bahasa baru versi
lain..
Mungkin saat ini jika masih ada
orang yang memakai metode 4l4y tersebut sudah dicerca banyak orang, sudah kuno
dan ketinggalan jaman. Hal itu mengindikasikan keababilan dari anak muda itu
sendiri. Saya yakin pasti dari kalian juga sempat menikmatinya, walau pun
mungkin tidak menggunakan dengan intensitas yang sering akan tetapi bisa
membaca kaliamat 4l4y kan? Hahahaha saya pun begitu. Meminjam pemikiran bang
Raditya Dika yang mengatakan bahwa Alay itu salah satu jenjang proses hidup
masyarakat Indonesia. Dimana dari bayi, balita, anak-anak, remaja, 4L4Y, baru
kemudian dewasa.
Kali ini saya berfikir ternyata
4l4y tidak benar-benar mati, akan tetapi mungkin karena mati tidak wajar
sehingga masih bergentayangan di kalangan remaja dengan versi lain. Tidak dalam
bentuk poncong, mbk kunti, maupun kolor ijo, gak mungkin lagi dalam bentuk vampire
ganteng seperti edward. Akan tetapi 4l4y ini menjadi bentuk yang lebih lucu dan
imut- seperti layaknya balita yang masih cadel.
Jenis trend ini lebih komplek
ternyata, berbeda dengan jaman 4l4y dimana pengekspresian sedikit terbatas,
hanya lebih ekspresif dalam bentuk tulisan dan jika diungkapkan dengan lisan,
ia kehilangan pesona dan praktiknya. Langsung saja ke contoh alay terbaru ini, seperti
kata “serius?” menjadi kata “ciyus?”, jika “demi apa?” menjadi “miapah?”
Entah menggunakan pedoman apa
lagi, yang jelas ketika saya mencari di KBBI tidak berhasil saya temukan
#hahahaha ya jelaslah naff.. jika metode 4l4y cenderung menggunakan insting
masing2. Jika alay versi terbaru ini berpedoman pada cadel yang terjadi pada
balita. Bisa kita indikasikan. Layaknya balita cadel “S” akan menjadi “C”
(seperti ‘sungguh’ jadi ‘cungguh’) lalu R akan menjadi L atau Y (seperti kata ‘rahasia’
menjadi ‘lahacia’). Masih terdapat reduksi bahasa juga di versi ini, seperti
terima kasih menjadi ‘maacih’, beneran jadi ‘enelan’ #hwueeekkkk (muntah dulu
di wastafel) hahahaha
Setelah lelah mencari di kamus
KBBI ternyata saya menemukan ada ‘kamus ciyus miapah’. Sungguh mencengangkan,ckckck
Ini kamus yang berhasil saya
temukan #untungnya gak setebal kamus KBBI kawan, bisa mampus saya
Gambar di bawah sepertinya cukup
untuk menggambarkan fenomena yang sedang terjadi
Sempet bingung juga saat
teman-teman mengucapkan istilah seperti itu mengingat umur saya yang sudah
tidak muda lagi (baca: sudah tua). Ditambah lagi di facebook, twitter, blog, kakus
#eh kaskus dan media social lainnya secara serempak meluncurkan versi ini dan
membooming dengan cepat. Apa apaan ini ???? akhirnya saya pergi ke mbah google
dan semua kebingungan ini terjawab.
Benar – benar entah darimana ini bahasa dapat timbul. Ada
yang bilang berasal dari fitri tropika , dikarenakan beliau merupakan comedian
pertama yang menggunakan logat seperti balita sebagai candaan dan celotehannya.
Namun ada versi lain juga yang bilang berasal dari KASKUS kemudian menyebar ke
media social lain. Barangkali kita tidak perlu melempar penemu kata “ciyus’ dkk
dengan sandal jepit juga..
Akan tetapi menurut saya alay versi ini agak ‘sedikit’ lebih
logis bila dibandingkan dengan versi lamanya dimana jika versi lama mengajak
penggunanya ke jaman sebelum romawi yang kuno dan unidentificated tetapi versi
baru ini mengajak ke jaman mundur dari hidup kita 3 level dibawah kita yaitu
jaman balita. Canggihnya nih, alay ini bisa diekspresikan kedalam bentuk
tulisan dan lisan. Lengkap banget dah,hohoho
Kesan imut dan lucu, itu penekanannya ( saya tahu, meskipun
tidak semuanya menganggapnya ini lucu) bisa terwujud karena hasil asosiasi kita
terhadap anak kecil polos-tembem yang cadel dan belum fasih berbicara.
Ya memang sih , mungkin ada yang bilang kalo bahasa alay ini kesannya imut dan lucu. Tapi yang
tidak paham bahasa ini bakalan mengalami kebingungan yang lumayan bingung.
Bukannya menjawab pertanyaan si alay yang menggunakan bahasa alay , namun malah hanya bengong aja
sambil mikir dalam hari, ni mahluk ngomong apaan ya. Hahaha..
Saat sedang bersantai
dan bercanda dengan kawan, terkadang memang perlu ada sedikit banyolan untuk
sekedar memperhangat suasana. Namun masalahnya, beberapa orang terkadang
mengucapkan banyolan-banyolan seperti itu pada tempat dan saat yang tidak tepat.
Pada saat seperti itu, hal yang dianggap lucu bisa menjadi sesuatu yang dianggap
tidak sopan, hasilnya: bisa saja berdampak fatal seperti tindak kekerasan,
pemecatan, sanksi dan sebagainya.
Dengan menggunakan metode ini membuat suatu percakapan serius
bisa ditanggapi dengan tidak serius, meskipun konteknya mengucapkan “ciyus?”
Beteeee bgt dengar bahasa yang satu ini kalau muncul langsung di depan saya. Rasanya pengen nyumpelin pake kertas aja ke
mulutnya..
Keep reading guys..
See you next time and
have a great day :D !!
sip sip,,, dadi writer sajake ...hehe
BalasHapuseciieee situ blogger juga ternyata :P
BalasHapus