Senin, 26 November 2012

REVIEW BUKU TOTTO CHAN



A Little Girl at The Window
(Gadis di Balik Jendela)


                Jika ditanya berapa point yang akan saya berikan untuk buku ini dengan skala 10, saya akan memberikan point 9. Recommended banget deh buat kalian, sumpah.. Buku yang benar-benar berbeda dari genre yang biasa saya baca. Baru minggu kemaren berhasil pulang kampong setelah luama banget gak pulang, hehehe #lebay. Saudara saya punya buku bagus banget. Kesan awal sama buku ini biasa aja, sampul yang simple dan sederhana dengan judul “Totto-Chan ‘Gadis di Balik Jendela’ “ karya dari Tetsuko Kuroyanagi.




                Saat membuka di halaman awal, buku ini sudah cetakan ke 12. Wah pasti ada sesuatu yang menarik untuk dibaca. Sebelumnya saya ingin memberikan alasan kenapa saya memberi angka 9 dari skala 10 untuk buku ini. Buku ini bener-beneer baguuuus banget. Top banget dah, tetapi ada satu point yang membuat bagi saya berkurang yaitu dari karangan Tetsuko ini kurang menampilkan klimaks yang berarti. Jadi saat membaca terkesan datar, karena mungkin buku ini menceritakan kisah seorang anak kecil berumur 7 tahun, akan tetapi jangan salah si penulis ini sangat piawai memberikan nilai dari setiap bab yang ada dengan gaya bahasa dan pemikiran anak kecil. Sehingga saat membaca buku ini rasanya ceritanya mengalir indah dan rasa-rasanya membawa saya kembali ke masa kecil dan saya seakan menjadi Totto-Chan itu sendiri wkwkwkwk

                Sebelum saya membahas isi dari buku ini, yang bagi saya bukan satu-satunya tujuan utama saya saya menuliskan ini, saya ingin mengenalkan sanga pengarang. Karena kalian mungkin akan mendapatkan review buku yang lebih banyak lagi dari mbah Google jika kalian mau. Buku ini hebat kawan, sang penulis ingin memberikan pesan yang sangat mengesankan dan perlu kita pahami, tidak hanya orang tua dan guru saja menurut saya, tetapi semua orang. Bahwa setiap anak itu istimewa,setiap anak itu unik. Jangan hanya dilihat dari segi kecerdasan akademik saja tetapi anak mempunyai bakat sendiri-sendiri yang tentunya tidak bisa disamakan satu sama lainnya. Itu doktrin yang sudah banyak salah di kalangan masyarakat kita, bahwa anak pintar itu adalah yang selalu ranking atas di kelasnya, selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah. Bukan seperti itu.. Fenomena ini yang juga sedang terjadi di Indonesia juga kan,,

                Point lebih dari buku ini adalah semua kisah dalam buku ini adalah kisah nyata yang dialami oleh sang penulis sendiri. Good Job dan luar biasa buat penulis yang berhasil menghidupkan masa kecilnya dengan detail dan indah. Sungguh-sungguh di luar dugaan saya saat detik-detik terakhir mengakhiri buku ini. Totto-Chan tak lain adalah nama  personifikasi dari sang penulisnya Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini untuk mengenang sang guru sekaligus Kepala Sekolah, Sosaku Kobayashi, yang sangat berjasa bagi sang penulis di amsa kecilnya hingga menjadi orang hebat saat dewasa. Tahun yang tercantum di buku kira-kira tahun 30 sampai 40 an saat itu. Anak kecil akan berkembang dengan baik jika ditangani oleh orang yang tepat. Kira-kira seperti itulah. Jika Totto-Chan tidak bertemu dengan Sosaku Kobayashi maka tidak akan akan sosok Tetsuko Kuroyanagi seperti sekarang. Siapakan dia??  Mari kita ulas J

Tetsuko Kuroyanagi, pernah menjadi UNICEF Goodwill Ambassador pada tahun 1984 dengan masa jabat lebih dari 2 dekade. Selain itu pernah menjabat Direktur Jepang World Wildlife Fund, yang ikonnya bergambar Hewan Panda itu kawan dan Indonesia juga tergabung dalam organisasi WWF ini. Dan mendapat pengakuan dari pemerintah Jepang sendiri selama 2 dekade dalam hal pelayanan untuk anak-anak di dunia. Suangaaaar cak..:D

 Berawal dari Totto-Chan yang waktu itu masih kelas 1 SD tetapi sudah di keluarkan dari sekolahnya dengan alasan bertingkah keterlaluan dan semua guru yang mengajarnya selalu mengeluh dan tidak bisa mengendalikan sang anak. Padahal Totto-Chan yang masih kecil itu hanya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar. Beruntung Totto-Chan mempunyai mama yang tidak kalah hebat menurut saya. Yang selalu sabar menghadapi kelakuan ‘aneh’ dari sang anak. Kemudian Totto-Chan ini di pindah ke sekolah yang bernama Tomoe Gakuen yang saat itu menerapkan metode yang tidak biasa seperti sekolah formal Jepang lainnya. Pertemuan Totto-Chan dengan sang Kepala sekolah hebat itu akhirnya terjadi dan mulai saat itu Totto-Chan begitu mengagumi sosok Sasoku Kobayasi ini. Pada saat itu Totto-Chan yang masih kecil tidak diberi tahu oleh ibunya bahwa dia dikeluarkan dari sekolah lamanya karena khawatir mental sang anak bisa langsung jatuh dan bisa menjadikan minder.

Saat pertama kali bertemu dengan sang Kepala Sekolah di hari pertama dia sekolah, Totto-Chan diminta untuk bercerita tentang apa saja yang ingin diceritakan kepada beliau. Tak disangka anak kecil itu bercerita apa saja kepada Bapak Kepala sekolah selama 4 jam tanpa henti. Amazing sekali,, Totto-Chan sangat senang sekali bisa bercerita apa saja dan sangat mengagumi sosok kepala sekolah ini. Uniknya lagi sekolah Tomoe Gakuen ini memiliki gerbang sekolah yang ternyata berupa 2 buah pohon hidup lengkap dengan akarnya, ruang kelas gerbong, pembebasan memilih tempat duduk, kepala sekolah yang paham dan mengerti bagaimana membuat senang anak-anak, metode pengajarannya, aula dengan tangga berundaknya, ‘sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan’, nyanyian wajib sebelum makan (dimana gw sampe nyari lagu ‘row row row your boat’ di youtube. wkwk), dan masih banyak lagi. Love it !!

Nah, ada yang menarik di sini. Mungkin untuk jaman sekarang sekolah seperti ini dinamakan sekolah Inklusi. Kalian pernah dengar atau belum? Coba cari tahu sendiri di mbah Google deh.. Saya tidak terlalu banyak tahu mengenai sekolah Inklusi ini. Tetapi saya pernah tahu secara tidak sengaja beberapa tahun yang lalu dari buku yang saya beli dengan judul Fenomena Laskar Pelangi, kurang lebih waktu saya masih kelas 2 SMA. Maklum dulu sangat booming-nya Laskar Pelangi dan karena sudah baca bukunya semua, akhirnya saya beli buku ini.. hehehe Sekolah inklusi ini berpedoman pada teori ‘Multiple Intelegence’ dari teori Howard Gardner (kalau gak slaah namanya di buku itu). ‘Multiple Intelegence’ ini mengajarkan bahwa cerdas itu banyak jenisnya, dan kalau gak salah lagi . hehehe ( maklum bacaan 4 tahun laluJ),ada 8 jenis macam kecerdasan, dan kecerdasan matematis hanya salah satunya. ( untuk lebih jelasnya silahkan cari sendiri yaa ). Sekolah jenis ini percaya bahwa kecerdasan setiap anak itu berbeda-beda dan tidak bisa disamakan.

Nah ternyata teori yang dikemukakan oleh sang Howard ini telah diterapakan oleh Bu mus yaitu guru di Laskar Pelangi kalu kalian masih ingat.. 30 tahun lalu sebelum sang Howard ini menemukan teorinya. Amazing kan,, nah di Jepang ini, tepatnya di sekolah Tomoe Gakuen ini juga menerapkan hal yang sama pada sekolahnya. Tidak ada pengekangan pada sekolahnya dan setiap anak diberi kebebasan memilih mau belajar apa saja sesuai kemauan mereka. Dan dari sini sang anak bisa benar-benar berkembang dengan baik. Totto-Chan yang dirasa ‘aneh’ dan ‘nakal’ itu pun  merasa sangat senang bisa bersekolah di Tomoe, bahkan setiap hari selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah dan selalu ada cerita untuk mamanya di rumah. Berkat usaha dari sang Kepala Sekolah yang tak pernah henti bilang kepada Totto-Chan “ Kamu benar-benar anak yang baik, kan?” yang membentuk perilaku Totto-Chan. Belakangan saat dewasa Totto Chan baru tahu makna dari kata-kata hebat tersebut

                                                                               

Seperti itulah kira-kira sekolah Totto-Chan di Tomoe Gakuen. Dan yang membuat saya heran, tuh anak bener-bener amazing banget buat saya. Memiliki rasa petualang tinggi dan sebenarnya juga cerdas. Namun tidak sedikit tingkah aneh yang membuat saya geleng-geleng kepala. Misalnya, saat Totto-Chan kehilangan dompet kesayangannya gara-gara kebiasaan buruknya setelah buang air di toilet selalu menengok air yang keluar, dan saat itu dompetnya tidak sengaja dijatuhkan dan masuk ke penampungan kotoran. Karena tidak ingin kehilangan maka Totto-Chan yang tidak kenal lelah akhirnya membuka tutup penampungan dan mengeluarkan kotoran dengan ciduk perlahan hingga kotoran menumpuk keluar. Gak bisa dibayangkan betapa baunya gimana .. -___- #gak usah dibayangin naf -___-. Dan saat itu kepala sekolah yang kebetulan lewat, tidak memarahi totto-chan maupun membantunya, dia hanya bilang “kamu akan mengembalikan semua ke tempat semula kan?” benar2 perlakuan di luar dugaan bagi saya. Totto-chan hanya mengangguk senang karena merasa diberi kepercayaan dari sang kepala sekolah walaupun di akhinya dia bingung sendiri bagaimana cara mengembalikannya karena airnya sudah meresap ke tanah, hahaha #freak banget

Selain itu di bab yang berjudul ‘lihat dulu, baru lompat’ benar-benar lucu. Kebiasaan totto-chan yang selalu penasaran dengan benda menarik di sekitarnya tanpa memerhatikan terlebih dahulu apa isinya. 2 kali kena sial. Yang pertama, saat ada kertas koran terbentang di jalan kemudian di melompatinya hanya untuk main-main ternyata di dalamnya lubang yang ditutupi, ambles deh si Totto-Chan ini, yang kedua saat melihat tumpukan pasir kemudian tanpa berfikir langsung melompat dan ternyata isinya adukan semen akhinya tertancap sampai ibunya menolongnya di sore harinya, wkwkwkwk. Dan juga Totto-Chan pernah digigit kupingnya oleh anjingnya–Rocky, anjing gembala Jerman, sendiri hingga berdarah-darah. Rocky ini yang ternyata nama lain dari anjing herder.

Namun sayang sekali sekolah Tomoe Gakuen ini yang didirikan oleh Kepala sekolah dengan uangnya sendiri harus hancur habis tak bersisa Karena di bom oleh pesawat tempur karena saat itu ada perang Pasifik. Dan di akhir buku ini, diceritakan kisah 9 kawan sekelas Totto-Chan di Tomoe Gakuen yang ternyata banyak yang menjadi orang sukses dan keren termasuk Totto Chan sendiri, merinding saat bacanya bos..bahkan ada yang mendapat nobel di bidang fisika dan telah bekerja di Amerika Serikat, saya lupa nama  orang tersebut, yang ternyata dulu saat sekolah di Tomoe Gakuen sangat suka bereksperimen dengan fasilitas dan kebebasan di Tomoe. Mr Kobayasi ini sebelum mendirikan sekolah Tomoe melakukan riset yang panjang dan berkelana ke Eropa untuk mempelajari beberapa teori mengenai pengajaran terhadap anak.

Nah, dari sini saya bisa menarik benang merahnya. Andai saja setiap sekolah formal benar-benar menerapkan teori seperti yang ada di Tomoe, setidaknya di Indonesia pasti akan banyak lahir orang-orang sukses di bidang masing-masing. Banyak orang gagal atau hanya menjadi orang biasa hanya karena bakat atau kecerdasan yang dimiliki tidak bisa berkembang pada tempatnya dan tidak ditangani olah orang yang tepat. Andai saja Andrea Hirata tidak bertemu orang-orang hebat seperti bu Mus dan kepala sekolahnya mungkin dia tidak akan sehebat sekarang, kurang lebih seperti itu gambarannya. Seorang anak memiliki bakat hebat di bidang musik tetapi karena mengikuti pendidikan konvensional, dia tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan bakatnya dengan baik.

Sekolah inklusi di Indonesia belum terlalu banyak, kebanyakan masih dalam tahap merintis dan belum banyak masyarakat yang tahu mengenai hal itu. Mereka masih mempercayakan jenis sekolah formal karena iming-iming label sekolah favorit lah, sbi lah atau apa yang lebih terlihat elit tanpa mempertimbangkan sisi negatifnya. Saya mempunyai saudara ipar, yaitu istri dari kakak perempuan saya, dia bekerja sebagai Kepala Sekolah dengan label jenis sekolah Inklusi. Tidak mudah memang mendirikan sekolah inklusi ini, karena harus memberikan banyak fasilitas dan pilihan yang lebih banyak agar bakat dari setiap anak bisa diketahui, misalnya ada kelas menggambar, music, olahraga, renang dll

 Juga harus ada guru khusus yang menangani anak khusus, mereka sering disebut ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), contohnya jenis anak hiperaktif, perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru khusus lulusan jenis terapi (saya bingung mengistilahkannya, hehe ) yang lulusannya belum banyak ( info bagus nih kalau kalian minat, hehe ) dan susah nyarinya.. -___- dari sekolah inklusi ini antara anak normal dengan anak ABK dicampur agar mereka bisa bersosialisasi. Peran sang guru juga berat kawan, bahkan kata kakak saya ada guru yang pernah babak belur karena dihajar muridnya, dan repotnya lagi anak itu tidak boleh dimarahi #nah lo,kalau saya jadi gurunya mungkin sudah saya ajak tanding aja ya, hehe. Mungkin si anak itu bakat olahraga pencak silat dan harus disalurkan ke arah yang positif. Dan sekarang banyak juga anak ABK yang masih ditangani, bahkan masih jauh dengan jadwal penerimaan murid tetapi sudah ada yang memesan kursi untuk menjadi murid, 3 anak jenis ABK dan satunya anak Indigo. WOWWW !! mungkin ada yang tertarik untuk sekolah di sini, silahkan hubungi saya, hehehehe

Tulisan ini saya dedikasikan kepada setiap orang, untuk memperhatikan anak kecil di sekitar kita. Karena pendidikan yang penting itu sebenarnya pendidikan di usia dini,,

Every child is Special..

Sampai di sini kawan,





Keep Reading Guys.. See Youuu…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar