A Little Girl at The
Window
(Gadis di Balik
Jendela)
Jika ditanya berapa point yang akan saya berikan untuk buku ini dengan skala 10, saya akan memberikan point 9. Recommended banget deh buat kalian, sumpah.. Buku yang benar-benar berbeda dari genre yang biasa saya baca. Baru minggu kemaren berhasil pulang kampong setelah luama banget gak pulang, hehehe #lebay. Saudara saya punya buku bagus banget. Kesan awal sama buku ini biasa aja, sampul yang simple dan sederhana dengan judul “Totto-Chan ‘Gadis di Balik Jendela’ “ karya dari Tetsuko Kuroyanagi.
Saat
membuka di halaman awal, buku ini sudah cetakan ke 12. Wah pasti ada sesuatu
yang menarik untuk dibaca. Sebelumnya saya ingin memberikan alasan kenapa saya
memberi angka 9 dari skala 10 untuk buku ini. Buku ini bener-beneer baguuuus
banget. Top banget dah, tetapi ada satu point yang membuat bagi saya berkurang
yaitu dari karangan Tetsuko ini kurang menampilkan klimaks yang berarti. Jadi
saat membaca terkesan datar, karena mungkin buku ini menceritakan kisah seorang
anak kecil berumur 7 tahun, akan tetapi jangan salah si penulis ini sangat
piawai memberikan nilai dari setiap bab yang ada dengan gaya bahasa dan
pemikiran anak kecil. Sehingga saat membaca buku ini rasanya ceritanya mengalir
indah dan rasa-rasanya membawa saya kembali ke masa kecil dan saya seakan
menjadi Totto-Chan itu sendiri wkwkwkwk
Sebelum
saya membahas isi dari buku ini, yang bagi saya bukan satu-satunya tujuan utama
saya saya menuliskan ini, saya ingin mengenalkan sanga pengarang. Karena kalian
mungkin akan mendapatkan review buku yang lebih banyak lagi dari mbah Google jika kalian mau. Buku ini
hebat kawan, sang penulis ingin memberikan pesan yang sangat mengesankan dan
perlu kita pahami, tidak hanya orang tua dan guru saja menurut saya, tetapi
semua orang. Bahwa setiap anak itu istimewa,setiap anak itu unik. Jangan hanya
dilihat dari segi kecerdasan akademik saja tetapi anak mempunyai bakat
sendiri-sendiri yang tentunya tidak bisa disamakan satu sama lainnya. Itu
doktrin yang sudah banyak salah di kalangan masyarakat kita, bahwa anak pintar
itu adalah yang selalu ranking atas di kelasnya, selalu mendapatkan nilai bagus
di sekolah. Bukan seperti itu.. Fenomena ini yang juga sedang terjadi di Indonesia
juga kan,,
Point
lebih dari buku ini adalah semua kisah dalam buku ini adalah kisah nyata yang
dialami oleh sang penulis sendiri. Good Job dan luar biasa buat penulis yang
berhasil menghidupkan masa kecilnya dengan detail dan indah. Sungguh-sungguh di
luar dugaan saya saat detik-detik terakhir mengakhiri buku ini. Totto-Chan tak
lain adalah nama personifikasi dari sang
penulisnya Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini untuk mengenang sang guru sekaligus
Kepala Sekolah, Sosaku Kobayashi, yang sangat berjasa bagi sang penulis di amsa
kecilnya hingga menjadi orang hebat saat dewasa. Tahun yang tercantum di buku
kira-kira tahun 30 sampai 40 an saat itu. Anak kecil akan berkembang dengan
baik jika ditangani oleh orang yang tepat. Kira-kira seperti itulah. Jika Totto-Chan
tidak bertemu dengan Sosaku Kobayashi maka tidak akan akan sosok Tetsuko
Kuroyanagi seperti sekarang. Siapakan dia??
Mari kita ulas J
Tetsuko
Kuroyanagi, pernah menjadi UNICEF Goodwill Ambassador pada tahun 1984 dengan
masa jabat lebih dari 2 dekade. Selain itu pernah menjabat Direktur Jepang
World Wildlife Fund, yang ikonnya bergambar Hewan Panda itu kawan dan Indonesia
juga tergabung dalam organisasi WWF ini. Dan mendapat pengakuan dari pemerintah
Jepang sendiri selama 2 dekade dalam hal pelayanan untuk anak-anak di dunia.
Suangaaaar cak..:D
Berawal dari
Totto-Chan yang waktu itu masih kelas 1 SD tetapi sudah di keluarkan dari
sekolahnya dengan alasan bertingkah keterlaluan dan semua guru yang mengajarnya
selalu mengeluh dan tidak bisa mengendalikan sang anak. Padahal Totto-Chan yang
masih kecil itu hanya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar. Beruntung
Totto-Chan mempunyai mama yang tidak kalah hebat menurut saya. Yang selalu
sabar menghadapi kelakuan ‘aneh’ dari sang anak. Kemudian Totto-Chan ini di
pindah ke sekolah yang bernama Tomoe Gakuen yang saat itu menerapkan metode
yang tidak biasa seperti sekolah formal Jepang lainnya. Pertemuan Totto-Chan
dengan sang Kepala sekolah hebat itu akhirnya terjadi dan mulai saat itu
Totto-Chan begitu mengagumi sosok Sasoku Kobayasi ini. Pada saat itu Totto-Chan
yang masih kecil tidak diberi tahu oleh ibunya bahwa dia dikeluarkan dari
sekolah lamanya karena khawatir mental sang anak bisa langsung jatuh dan bisa
menjadikan minder.
Saat pertama kali bertemu dengan sang Kepala Sekolah
di hari pertama dia sekolah, Totto-Chan diminta untuk bercerita tentang apa
saja yang ingin diceritakan kepada beliau. Tak disangka anak kecil itu
bercerita apa saja kepada Bapak Kepala sekolah selama 4 jam tanpa henti. Amazing
sekali,, Totto-Chan sangat senang sekali bisa bercerita apa saja dan sangat
mengagumi sosok kepala sekolah ini. Uniknya lagi sekolah Tomoe Gakuen ini
memiliki gerbang sekolah yang ternyata berupa 2 buah pohon hidup lengkap dengan
akarnya, ruang kelas gerbong, pembebasan memilih tempat duduk, kepala sekolah
yang paham dan mengerti bagaimana membuat senang anak-anak, metode
pengajarannya, aula dengan tangga berundaknya, ‘sesuatu dari laut dan sesuatu
dari pegunungan’, nyanyian wajib sebelum makan (dimana gw sampe nyari lagu ‘row
row row your boat’ di youtube. wkwk), dan masih banyak lagi. Love it !!
Nah, ada yang menarik di sini. Mungkin untuk jaman
sekarang sekolah seperti ini dinamakan sekolah Inklusi. Kalian pernah dengar
atau belum? Coba cari tahu sendiri di mbah
Google deh.. Saya tidak terlalu banyak tahu mengenai sekolah Inklusi ini.
Tetapi saya pernah tahu secara tidak sengaja beberapa tahun yang lalu dari buku
yang saya beli dengan judul Fenomena Laskar Pelangi, kurang lebih waktu saya
masih kelas 2 SMA. Maklum dulu sangat booming-nya
Laskar Pelangi dan karena sudah baca bukunya semua, akhirnya saya beli buku
ini.. hehehe Sekolah inklusi ini berpedoman pada teori ‘Multiple Intelegence’
dari teori Howard Gardner (kalau gak slaah namanya di buku itu). ‘Multiple
Intelegence’ ini mengajarkan bahwa cerdas itu banyak jenisnya, dan kalau gak
salah lagi . hehehe ( maklum bacaan 4 tahun laluJ),ada 8 jenis macam kecerdasan, dan kecerdasan matematis hanya salah
satunya. ( untuk lebih jelasnya silahkan cari sendiri yaa ). Sekolah jenis ini
percaya bahwa kecerdasan setiap anak itu berbeda-beda dan tidak bisa disamakan.
Nah ternyata teori yang dikemukakan oleh sang Howard
ini telah diterapakan oleh Bu mus yaitu guru di Laskar Pelangi kalu kalian
masih ingat.. 30 tahun lalu sebelum sang Howard ini menemukan teorinya. Amazing
kan,, nah di Jepang ini, tepatnya di sekolah Tomoe Gakuen ini juga menerapkan
hal yang sama pada sekolahnya. Tidak ada pengekangan pada sekolahnya dan setiap
anak diberi kebebasan memilih mau belajar apa saja sesuai kemauan mereka. Dan
dari sini sang anak bisa benar-benar berkembang dengan baik. Totto-Chan yang
dirasa ‘aneh’ dan ‘nakal’ itu pun merasa
sangat senang bisa bersekolah di Tomoe, bahkan setiap hari selalu bersemangat
untuk berangkat ke sekolah dan selalu ada cerita untuk mamanya di rumah. Berkat
usaha dari sang Kepala Sekolah yang tak pernah henti bilang kepada Totto-Chan “
Kamu benar-benar anak yang baik,
kan?” yang membentuk perilaku Totto-Chan. Belakangan saat dewasa Totto Chan baru
tahu makna dari kata-kata hebat tersebut
Seperti itulah kira-kira sekolah Totto-Chan di Tomoe
Gakuen. Dan yang membuat saya heran, tuh anak bener-bener amazing banget buat
saya. Memiliki rasa petualang tinggi dan sebenarnya juga cerdas. Namun tidak sedikit
tingkah aneh yang membuat saya geleng-geleng kepala. Misalnya, saat Totto-Chan
kehilangan dompet kesayangannya gara-gara kebiasaan buruknya setelah buang air
di toilet selalu menengok air yang keluar, dan saat itu dompetnya tidak sengaja
dijatuhkan dan masuk ke penampungan kotoran. Karena tidak ingin kehilangan maka
Totto-Chan yang tidak kenal lelah akhirnya membuka tutup penampungan dan
mengeluarkan kotoran dengan ciduk perlahan hingga kotoran menumpuk keluar. Gak
bisa dibayangkan betapa baunya gimana .. -___- #gak usah dibayangin naf -___-.
Dan saat itu kepala sekolah yang kebetulan lewat, tidak memarahi totto-chan
maupun membantunya, dia hanya bilang “kamu akan mengembalikan semua ke tempat
semula kan?” benar2 perlakuan di luar dugaan bagi saya. Totto-chan hanya
mengangguk senang karena merasa diberi kepercayaan dari sang kepala sekolah
walaupun di akhinya dia bingung sendiri bagaimana cara mengembalikannya karena
airnya sudah meresap ke tanah, hahaha #freak banget
Selain itu di bab yang berjudul ‘lihat dulu, baru
lompat’ benar-benar lucu. Kebiasaan totto-chan yang selalu penasaran dengan
benda menarik di sekitarnya tanpa memerhatikan terlebih dahulu apa isinya. 2
kali kena sial. Yang pertama, saat ada kertas koran terbentang di jalan
kemudian di melompatinya hanya untuk main-main ternyata di dalamnya lubang yang
ditutupi, ambles deh si Totto-Chan ini, yang kedua saat melihat tumpukan pasir
kemudian tanpa berfikir langsung melompat dan ternyata isinya adukan semen
akhinya tertancap sampai ibunya menolongnya di sore harinya, wkwkwkwk. Dan juga
Totto-Chan pernah digigit kupingnya oleh anjingnya–Rocky, anjing gembala Jerman,
sendiri hingga berdarah-darah. Rocky ini yang ternyata nama lain dari anjing
herder.
Namun sayang sekali sekolah Tomoe Gakuen ini yang
didirikan oleh Kepala sekolah dengan uangnya sendiri harus hancur habis tak
bersisa Karena di bom oleh pesawat tempur karena saat itu ada perang Pasifik.
Dan di akhir buku ini, diceritakan kisah 9 kawan sekelas Totto-Chan di Tomoe
Gakuen yang ternyata banyak yang menjadi orang sukses dan keren termasuk Totto
Chan sendiri, merinding saat bacanya bos..bahkan ada yang mendapat nobel di
bidang fisika dan telah bekerja di Amerika Serikat, saya lupa nama orang tersebut, yang ternyata dulu saat
sekolah di Tomoe Gakuen sangat suka bereksperimen dengan fasilitas dan
kebebasan di Tomoe. Mr Kobayasi ini sebelum mendirikan sekolah Tomoe melakukan
riset yang panjang dan berkelana ke Eropa untuk mempelajari beberapa teori
mengenai pengajaran terhadap anak.
Nah, dari sini saya bisa menarik benang merahnya.
Andai saja setiap sekolah formal benar-benar menerapkan teori seperti yang ada
di Tomoe, setidaknya di Indonesia pasti akan banyak lahir orang-orang sukses di
bidang masing-masing. Banyak orang gagal atau hanya menjadi orang biasa hanya
karena bakat atau kecerdasan yang dimiliki tidak bisa berkembang pada tempatnya
dan tidak ditangani olah orang yang tepat. Andai saja Andrea Hirata tidak
bertemu orang-orang hebat seperti bu Mus dan kepala sekolahnya mungkin dia
tidak akan sehebat sekarang, kurang lebih seperti itu gambarannya. Seorang anak
memiliki bakat hebat di bidang musik tetapi karena mengikuti pendidikan
konvensional, dia tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan bakatnya dengan
baik.
Sekolah inklusi di Indonesia belum terlalu banyak,
kebanyakan masih dalam tahap merintis dan belum banyak masyarakat yang tahu
mengenai hal itu. Mereka masih mempercayakan jenis sekolah formal karena
iming-iming label sekolah favorit lah, sbi lah atau apa yang lebih terlihat
elit tanpa mempertimbangkan sisi negatifnya. Saya mempunyai saudara ipar, yaitu
istri dari kakak perempuan saya, dia bekerja sebagai Kepala Sekolah dengan
label jenis sekolah Inklusi. Tidak mudah memang mendirikan sekolah inklusi ini,
karena harus memberikan banyak fasilitas dan pilihan yang lebih banyak agar
bakat dari setiap anak bisa diketahui, misalnya ada kelas menggambar, music,
olahraga, renang dll
Juga harus
ada guru khusus yang menangani anak khusus, mereka sering disebut ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus), contohnya jenis anak hiperaktif, perlu mendapatkan
perhatian khusus dari guru khusus lulusan jenis terapi (saya bingung
mengistilahkannya, hehe ) yang lulusannya belum banyak ( info bagus nih kalau
kalian minat, hehe ) dan susah nyarinya.. -___- dari sekolah inklusi ini antara
anak normal dengan anak ABK dicampur agar mereka bisa bersosialisasi. Peran
sang guru juga berat kawan, bahkan kata kakak saya ada guru yang pernah babak
belur karena dihajar muridnya, dan repotnya lagi anak itu tidak boleh dimarahi
#nah lo,kalau saya jadi gurunya mungkin sudah saya ajak tanding aja ya, hehe.
Mungkin si anak itu bakat olahraga pencak silat dan harus disalurkan ke arah
yang positif. Dan sekarang banyak juga anak ABK yang masih ditangani, bahkan
masih jauh dengan jadwal penerimaan murid tetapi sudah ada yang memesan kursi
untuk menjadi murid, 3 anak jenis ABK dan satunya anak Indigo. WOWWW !! mungkin
ada yang tertarik untuk sekolah di sini, silahkan hubungi saya, hehehehe
Tulisan
ini saya dedikasikan kepada setiap orang, untuk memperhatikan anak kecil di
sekitar kita. Karena pendidikan yang penting itu sebenarnya pendidikan di usia
dini,,
Every
child is Special..
Sampai
di sini kawan,
Keep
Reading Guys.. See Youuu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar