Kamis, 01 November 2012

4l4y vs Ciyus??


Hm,, kali ini saya akan membahas sesuatu yang berbeda sekarang. Karena akhir-akhir ini saya mulai kurang nyaman mendengarnya bahkan merasa prihatin karena telah marak digunakan.

Mungkin beberapa waktu yang lalu masih ingat trend bahasa pada masyarakat kita, khususnya anak muda,  ramai secara serentak menggunakan kata dengan metode yang cukup aneh. Atau dari kita banyak yang mengistilahkan Alay. Yang  menurut saya akan menyulitkan bagi pembacanya #oh tidak hanya pembacanya bahkan pembuatnya sendiri untuk merangkainya. Metode yang sepertinya penggunanya tidak bisa membedakan mana antara papan tombol jenis huruf atau angka dan simbol

Hahahaha, saya kasih contoh langsung aja ya..#bisa memberi contoh bukan berarti ahli tetapi penulis perlu juga belajar dengan proses yang lama :P

Ch4y4nk, Qm mW 4pH, L3h n4l g4k?!#@!! 4LaY3rS 5Ej4T1..
Zzzzzz…

Pusing sendiri saya memikirkan bahasa itu..
Trend itu muncul begitu saja, entah siapa yang membuat atau mempopulerkannya pertama kali #kita tidak tahu.. setiap kata seusil apa pun pembuatnya - mungkin karena banyaknya penganggur di Negara kita sendiri- mempunyai hak untuk hidup. Namun perjuangan setiap kata untuk bisa bertahan lama bukan perkara yang mudah, khususnya di Negara Indonesia kita ini. Jangankan bahasa yang baru dibuat, kekayaan bahasa daerah kita yang sudah ada sejak dulu juga dilansir akan banyak yang punah, yaitu 746 bahasa kita di penghujung abad 21 akan mereduksi menjadi 75 bahasa..Anda bisa bayangkan sendiri kan???

Terlepas dari hilangnya bahasa, kita kembali lagi ke topik masa 4l4y lagi..trend ini cukup banyak di pakai oleh kawula muda beberapa waktu lalu. Mengingat masa itu saya berfikir kembali, saya seperti dibawa ke jaman sebelum Romawi, kalian pasti pernah melihatnya kan? Dimana sebuah kalimat seperti mencampurkan jenis kata, gambar sekaligus simbol. Cukup membuat pengguna sangat kreatif dalam merangkainya dengan mix huruf dan angka disertai dengan reduksi bahasa, misalnya “salam kenal nggak?” menjadi “L3h n4l gK?!#@?” kapan bahasa itu direduksi? Itu sesuai dengan insting dari masing-masing pengguna..

Bahasa yang hidup di masyarakat seiring lahir kata baru kemudian mati, lalu muncul kembali bahasa baru versi lain..

Mungkin saat ini jika masih ada orang yang memakai metode 4l4y tersebut sudah dicerca banyak orang, sudah kuno dan ketinggalan jaman. Hal itu mengindikasikan keababilan dari anak muda itu sendiri. Saya yakin pasti dari kalian juga sempat menikmatinya, walau pun mungkin tidak menggunakan dengan intensitas yang sering akan tetapi bisa membaca kaliamat 4l4y kan? Hahahaha saya pun begitu. Meminjam pemikiran bang Raditya Dika yang mengatakan bahwa Alay itu salah satu jenjang proses hidup masyarakat Indonesia. Dimana dari bayi, balita, anak-anak, remaja, 4L4Y, baru kemudian dewasa. 

Kali ini saya berfikir ternyata 4l4y tidak benar-benar mati, akan tetapi mungkin karena mati tidak wajar sehingga masih bergentayangan di kalangan remaja dengan versi lain. Tidak dalam bentuk poncong, mbk kunti, maupun kolor ijo, gak mungkin lagi dalam bentuk vampire ganteng seperti edward. Akan tetapi 4l4y ini menjadi bentuk yang lebih lucu dan imut- seperti layaknya balita yang masih cadel.
Jenis trend ini lebih komplek ternyata, berbeda dengan jaman 4l4y dimana pengekspresian sedikit terbatas, hanya lebih ekspresif dalam bentuk tulisan dan jika diungkapkan dengan lisan, ia kehilangan pesona dan praktiknya. Langsung saja ke contoh alay terbaru ini, seperti kata “serius?” menjadi kata “ciyus?”, jika “demi apa?” menjadi “miapah?”

Entah menggunakan pedoman apa lagi, yang jelas ketika saya mencari di KBBI tidak berhasil saya temukan #hahahaha ya jelaslah naff.. jika metode 4l4y cenderung menggunakan insting masing2. Jika alay versi terbaru ini berpedoman pada cadel yang terjadi pada balita. Bisa kita indikasikan. Layaknya balita cadel “S” akan menjadi “C” (seperti ‘sungguh’ jadi ‘cungguh’) lalu R akan menjadi L atau Y (seperti kata ‘rahasia’ menjadi ‘lahacia’). Masih terdapat reduksi bahasa juga di versi ini, seperti terima kasih menjadi ‘maacih’, beneran jadi ‘enelan’ #hwueeekkkk (muntah dulu di wastafel) hahahaha
Setelah lelah mencari di kamus KBBI ternyata saya menemukan ada ‘kamus ciyus miapah’. Sungguh mencengangkan,ckckck



Ini kamus yang berhasil saya temukan #untungnya gak setebal kamus KBBI kawan, bisa mampus saya
Gambar di bawah sepertinya cukup untuk menggambarkan fenomena yang sedang terjadi


Sempet bingung juga saat teman-teman mengucapkan istilah seperti itu mengingat umur saya yang sudah tidak muda lagi (baca: sudah tua). Ditambah lagi di facebook, twitter, blog, kakus #eh kaskus dan media social lainnya secara serempak meluncurkan versi ini dan membooming dengan cepat. Apa apaan ini ???? akhirnya saya pergi ke mbah google dan semua kebingungan ini terjawab.

Benar – benar entah darimana ini bahasa dapat timbul. Ada yang bilang berasal dari fitri tropika , dikarenakan beliau merupakan comedian pertama yang menggunakan logat seperti balita sebagai candaan dan celotehannya. Namun ada versi lain juga yang bilang berasal dari KASKUS kemudian menyebar ke media social lain. Barangkali kita tidak perlu melempar penemu kata “ciyus’ dkk dengan sandal jepit juga..

Akan tetapi menurut saya alay versi ini agak ‘sedikit’ lebih logis bila dibandingkan dengan versi lamanya dimana jika versi lama mengajak penggunanya ke jaman sebelum romawi yang kuno dan unidentificated tetapi versi baru ini mengajak ke jaman mundur dari hidup kita 3 level dibawah kita yaitu jaman balita. Canggihnya nih, alay ini bisa diekspresikan kedalam bentuk tulisan dan lisan. Lengkap banget dah,hohoho

Kesan imut dan lucu, itu penekanannya ( saya tahu, meskipun tidak semuanya menganggapnya ini lucu) bisa terwujud karena hasil asosiasi kita terhadap anak kecil polos-tembem yang cadel dan belum fasih berbicara.

Ya memang sih , mungkin ada yang bilang kalo bahasa alay ini kesannya imut dan lucu. Tapi yang tidak paham bahasa ini bakalan mengalami kebingungan yang lumayan bingung. Bukannya menjawab pertanyaan si alay yang menggunakan bahasa alay , namun malah hanya bengong aja sambil mikir dalam hari, ni mahluk ngomong apaan ya. Hahaha..

Saat sedang bersantai dan bercanda dengan kawan, terkadang memang perlu ada sedikit banyolan untuk sekedar memperhangat suasana. Namun masalahnya, beberapa orang terkadang mengucapkan banyolan-banyolan seperti itu pada tempat dan saat yang tidak tepat. Pada saat seperti itu, hal yang dianggap lucu bisa menjadi sesuatu yang dianggap tidak sopan, hasilnya: bisa saja berdampak fatal seperti tindak kekerasan, pemecatan, sanksi dan sebagainya.

Dengan menggunakan metode ini membuat suatu percakapan serius bisa ditanggapi dengan tidak serius, meskipun konteknya mengucapkan “ciyus?” Beteeee bgt dengar bahasa yang satu ini kalau  muncul langsung di depan saya.  Rasanya pengen nyumpelin pake kertas aja ke mulutnya..
Keep reading guys..


See you next time and have a great day :D !!







2 komentar: